- Diposting oleh : MIS KARYA PEMBANGUNAN PURUK CAHU
- pada tanggal : November 23, 2025
Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan Hari Ulang Tahun PGRI yang ke-80 bukanlah sekadar seremonial tahunan belaka. Ini adalah momentum emas untuk menengok ke belakang guna melihat jejak pengabdian, sekaligus menatap ke depan untuk menyongsong tantangan zaman.
Di usia organisasi yang semakin matang ini, peran guru tidak lagi sesederhana "menyampaikan materi". Guru adalah arsitek peradaban. Berdasarkan refleksi mendalam terhadap kondisi pendidikan saat ini, terdapat lima pesan krusial yang harus menjadi pegangan bagi kita, para pendidik, di seluruh penjuru negeri.
1. Profesionalisme adalah Kunci Mutu
Guru harus lebih profesional dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Profesionalisme bukan hanya tentang sertifikasi atau pemenuhan jam mengajar, melainkan tentang kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang terus diasah. Di era disrupsi ini, guru yang profesional adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar, adaptif terhadap teknologi, dan selalu menempatkan kebutuhan peserta didik sebagai prioritas utama dalam setiap rancangan pembelajaran.
2. Menjadi Teladan: Esensi "Digugu dan Ditiru"
Pendidikan karakter bukanlah sekadar teori di atas kertas, melainkan praktik nyata. Guru harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didik di manapun berada. Ingatlah bahwa kurikulum yang paling hidup adalah diri guru itu sendiri.
Cara kita berbicara, berpakaian, bersikap, dan merespons masalah akan direkam oleh memori siswa. Keteladanan adalah metode pengajaran yang paling sunyi, namun suaranya paling lantang menggema dalam jiwa peserta didik.
3. Aktivisme Pendidikan: Bergerak Melampaui Ruang Kelas
Guru tidak boleh terkungkung hanya di dalam tembok kelas. Kita harus aktif di berbagai kegiatan, khususnya dalam kemajuan pendidikan baik di lembaga maupun di masyarakat. Keaktifan dalam organisasi profesi (PGRI), Kelompok Kerja Guru (KKG), atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah wujud nyata kontribusi kita. Lebih dari itu, guru harus hadir di tengah masyarakat sebagai pencerah, membawa nilai-nilai edukasi ke dalam lingkungan sosial tempat ia tinggal.
4. Menjadi Solusi, Bukan Bagian dari Masalah
Dalam dinamika pendidikan yang kompleks, seringkali kita dihadapkan pada keterbatasan sarana, kurikulum yang berubah, atau tantangan perilaku siswa. Pesan saya tegas: Posisikan diri sebagai solusi dalam setiap kondisi sulit.
Mentalitas seorang pendidik sejati adalah mentalitas pemecah masalah (problem solver). Alih-alih mengeluh pada kegelapan, nyalakanlah lilin. Kreativitas dan inovasi seringkali lahir dari keterbatasan, dan di situlah letak seni mengajar yang sesungguhnya.
5. Dedikasi dan Tanggung Jawab Tanpa Tapi
Terakhir, fondasi dari semua poin di atas adalah dedikasi. Guru harus memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas. Mengajar adalah panggilan jiwa, bukan sekadar profesi pencari nafkah. Ketika rasa tanggung jawab itu tertanam kuat, maka segala lelah akan bermuara pada Lillah. Tanggung jawab ini tidak hanya kepada atasan atau dinas, tetapi pertanggungjawaban moral kepada Tuhan Yang Maha Esa atas amanah mencerdaskan anak bangsa.
Selamat Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-80. Mari kita terus bergerak serentak, mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Rahmatanlil'alamiin dan Indonesia Emas yang kita cita-citakan.
Oleh: Amrullah, S.Pd.I., M.Pd.
